Monday, December 5, 2011
AIR SUMBER KEHIDUPAN
AIR SEBAGAI SUMBER KEHIDUPAN
Mungkin tidak banyak yang tahu kalau tanggal 22 Maret adalag Hari Air Dunia (HDU). Tepatnya pada tanggal 22 Maret 1992 di Rio Jeneiro telah ditetapkan dalam sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang ke 47 sebagai Hari Air Dunia. Hal ini dilakukan untuk mengingatkan kita semua akan pentingnya air bagi keberlanjutan hidup umat manusia.
Peringatan HDU kali ini mengangkat tema sanitasi sejalan dengan ditetapkannya tahun ini sebagai tahun sanitasi internasional. Tujuan utama peringatan HDU tahun ini adalah untuk memusatkan perhatian masyarakat terhadap pentingnya isu mengenai air. Melalui tema ini kita diingatkan akan bahaya pencemaran air sebagai sumber kehidupan manusia.
Disadari atau tidak dunia saat ini diancam oleh krisis air bersih bukan semata karena pertumbuhan populasi yang terus meningkat dan terganggunya keseimbangan ekosistem tapi juga karena penggunaan dan pemanfaatan air yang berlebihan dan tidak benar. Sudah saatnya kita memperlakukan air sebagai bahan yang bernilai, dimanfaatkan secara bijak, dan dijaga dari pencemaran.
Menurut laporan Word Commision on Water, pada tahun 1999 sekitar 1,2 Milyar penduduk bumi mengalami kesulitan akses air bersih, jumlah ini akan meningkat menjadi 2,7 Milyar atau sepertiga jumlah penduduk seluruh dunia pada tahun 2025 jika tidak dilakukan suatu tindakan nyata dalam mengatasi masalah kelangkaan air. Masyarakat di negara-negara berkembang mengalami penurunan kualitas kesehatan akibat kesulitan air bersih atau sumber air yang tercemar.
Air merupakan sumber utama kehidupan. Kita tak dapat bertahan hidup tanpa air. Sudah saatnya kita mulai menghargai air dengan melakukan pemafaatan sumber daya ini dengan benar. Banyak hal yang bisa lakukan untuk menghargai air. Mulai saja dari yang sederhana seperti memperbaiki prilaku dalam memakai air. Contoh sederhana adalah mematikan kran air saat menggosok gigi, manfaatkan air bekas mencuci beras, sayur dan buah untuk menyiram tanaman, gunakan ember saat mencuci mobil, jangan slang karena akan sangat boros sekali atau juga memperbaiki kran yang bocor karena walaupun setetes demi setes kalau dibiarkan bisa membuang air sampai dengan 13 liter perhari.
Air sumber kehidupan tanpa air kehidupan akan mustahil.
Air adalah sumber kehidupan.Tapi di Indonesia, air justru menjadi sumber
bencana dan masalah.
Sepanjang tahun ini pemberitaan mengenai banjir atau tanah longsor selalu
menghiasi media massa yang tiada habisnya. Tapi sesungguhnya bukan airnya yang
menjadi biang masalah tapi justru manusialah yang menyebabkan itu semua.
Sebagai negara kepulauan dan terletak di iklim tropis, Indonesia nyaris
tidak pernah kekurangan air karena hujan bisa turun sewaktu-waktu sepanjang
tahun. Indonesia termasuk negara penghasil cadangan air terbesar dunia. Tapi
mungkin karena persediaan air yang berlimpah itu pula mem-buat bangsa kita
tidak menghargai air. Pohon-pohon sebagai penyimpan cadangan air di hutan dan
di gunung kita tebang, sungai-sungai dipenuhi sampah dan mengalami
pendangkalan. Ketika musim hujan tiba timbullah bencana longsor dan banjir di
mana-mana. Hampir semua danau di Indonesia juga mengalami pendangkalan yang
hebat, termasuk Danau Toba. Air memang melimpah di Indo-nesia tapi sebagian
besar telah tercemar.
Kondisi masyarakat yang tidak menghargai air sebagai sumber kehidupan
ternyata juga menimpa kebanyakan negara lain di dunia.Maka Hari Air Sedunia
diperingati setiap tanggal 22 Maret, inisiatif peringatan tersebut tercetus
pada United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) yang
diselenggarakan di Rio de Janeiro, Brasil atau secara populer disebut sebagai
Earth Summit (KTT Bumi) 1992. Pada Sidang Umum PBB ke-47 tanggal 22 Desember
1992 melalui Resolusi Nomor 147/1993, hasil persetujuan dari Earth Summit
diterima dan sekaligus ditetapkan pelaksanaan Hari Air Sedunia pada setiap
tanggal 22 Maret mulai tahun 1993. Setiap tahunnya pada Hari Air Sedunia
terdapat tema khusus agar menjadi perhatian bagi warga dunia tentang betapa
pentingnya air sebagai sumber kehidupan.
Air untuk Kehidupan
Menurut Teori Darwin, kehidupan bermula dari air.Di dalam air makhluk
hidup yang awalnya hanya makhluk satu sel berkembang biak dan melakukan evolusi
selama ratusan juta tahun sehingga menghasilkan makhluk yang bersel banyak
(unisel). Jika tidak ada air maka tidak ada kehidupan. Air adalah sumber bahkan
asal mula dari kehidupan di planet Bumi ini. Bumi bisa disebut juga sebagai
planet air (ocean planet) karena 75 persen permukaan bumi diselubungi oleh
lautan. Karena diselubungi oleh lautan itu pula yang menyebabkan iklim dan
cuaca di Bumi sangat kondusif bagi makhluk hidup.
Menurut catatan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Pusat, jumlah
volume air total di Bumi adalah sekitar 1,4 miliar km3. Namun jumlah yang
sungguh besar tersebut tidak banyak yang dapat dimanfaatkan oleh manusia karena
97,3 persen di antaranya merupakan air laut. Hanya 2,7 persen jumlah air yang
tersedia di permukaan bumi dapat dimanfaatkan oleh manusia, yaitu yang
merupakan air tawar yang terdapat di daratan.Namun jumlah air tawar yang
tersedia di planet ini, sebanyak 37,8 juta km3 tersebut adalah berupa lapisan
es di puncak-puncak gunung dan gleyser dengan porsi 77,3 persen. Sementara air
tanah dan resapan hanyalah 22,4 persen, serta air danau dan rawa hanya 0,35
persen, lalu uap air di atmosfir sebanyak 0,04 persen, dan sisanya merupakan
air sungai sebanyak 0,01 persen.
Air tanah merupakan timbunan air yang meresap melalui pori-pori tanah
selama berabad-abad ke lapisan bawah dari ekosistem yang ada di atasnya, dan
bagian terbesar ada di kedalaman lebih dari 800 meter, di luar jangkauan
manusia untuk dapat mengeksploitasinya. Dewasa ini, hanya 0,3 juta km3 atau
sekitar 0,79 persen dari keseluruhan air tawar yang dapat dijangkau.Teknologi
untuk memompa air lebih dari kedalaman 800 meter masih membutuhkan biaya yang
mahal hampir setara dengan menambang minyak bumi. Oleh karenanya masih banyak
orang yang memanfaatkan air permukaan dan sebagian air tanah untuk memenuhi
kebutuhannya akan air.
Sedangkan menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indonesia
memiliki 6 persen potensi air dunia atau 21 persen potensi air di Asia
Pasifik.Namun ironisnya dari waktu ke waktu rakyat Indonesia mengalami krisis
air bersih, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya karena sumber-sumber
air yang ada telah rusak atau tercemar. Selain itu kebutuhan akan konsumsi air
naik sebesar 15-35 persen perkapita per tahun. Sedangkan ketersediaan air
bersih cenderung melambat akibat kerusakan alam dan pencemaran. Dengan jumlah
penduduk yang mencapai lebih dari 200 juta, kebutuhan air bersih menjadi
semakin mendesak.
Sumber bahan baku air bersih di Indonesia berasal dari sungai, sumur, air
artesis, mata air, dan lain-lain. Sumber air perusahaan daerah air minum (PDAM)
di seluruh Indonesia berasal dari 201 sungai,248 mata air dan 91 artesis. Pada
2020 diperkirakan jumlah penduduk perkotaan menca-pai 150,2 juta jiwa dengan
konsumsi per kapita sebesar 125 liter, sehingga kebutuhan air akan mencapai
18,775 miliar liter per hari. Menurut LIPI, kebutuhan air untuk industri akan
melonjak sebesar 700 persen pada 2025. Untuk perumahan naik rata-rata 65 persen
dan untuk produksi pangan naik 100 persen. Pada umumnya sungai-sungai di Jawa
dan Sumatera berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan. Sebagian besar
sungai yang merupakan sumber air bagi masyarakat telah tercemar oleh limbah
industri maupun domestik.
Water Supply & Sanitation Collaborative Council (2007) melaporkan bahwa
sebanyak 2,6 miliar manusia atau 40 persen penduduk dunia tidak memiliki akses
untuk mendapatkan sanitasi dasar. Sedangkan hampir 1 miliar penduduk dunia
nyaris tidak mendapatkan air sama sekali. Sedangkan menurut Kompas (5/10/07),
24 juta penduduk Indonesia tidak memiliki akses terhadap fasilitas dasar,
seperti penyediaan air bersih, jauh melebihi negara-negara Asia Tenggara
lainnya.
Krisis Air Bersih
Kita saat ini tengah berada di paruh tenggat waktu untuk pencapaian
Tujuan Pembangunan Millenium (Millennium Development Goals - MDGs) yang
mencakup berbagai target spesifik untuk mengurangi hingga separuh jumlah
penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan layak pakai. Dunia
masih menghadapi tantangan yang serius menyangkut ketersediaan air bersih dan
sanitasi. Peringatan Hari Air Sedunia mengingatkan kita akan realitas yang ada,
dan fakta bahwa kekurangan air kronis berdampak pada sekitar 900 juta penduduk
di seluruh dunia serta merupakan ancaman terhadap kerusakan sistem ekologi,
meningkatnya persaingan untuk mendapatkan air, serta meruncingkan ketegangan
lintas batas. Beberapa negara Afrika mengalami bencana kelaparan akibat kemarau
panjang dan sulitnya mendapat air.
Kendati secara harafiah dunia tidak akan kehabisan air karena air hanya
berganti siklus, tempat dan waktu. Tapi kelangkaan air merupakan ancaman nyata
dalam pembangunan manusia di berbagai tempat dan sebagian besar proporsi
penduduk dunia. Menurut laporan UNDP (1997) sekitar 700 juta penduduk di 43
negara hidup di bawah ambang batas kebutuhan air minimum yaitu 1,700 meter
kubik per orang per tahun. Dan diperkirakan dalam 20 tahun ke depan sekitar 3
milyar penduduk dunia akan hidup di bawah ambang batas tersebut.
Meningkatnya kebutuhan air akibat perluasan kota, industri, pertanian,
serta tuntutan akan energi semakin menyulitkan kondisi masyarakat miskin yang
memang sudah rentan terhadap ketersediaan makanan dan mata pencaharian. Laporan
Pembangunan Manusia (Human Development Report) PBB 2006 menyerukan pengakuan
terhadap kebutuhan air bersih dengan harga yang terjangkau sebagai hak asasi
manusia. Perusahaan air minum harus menekan harga semurah mungkin untuk produk
air yang dihasilkannya dan melakukan subsidi silang antara pelanggan kaya
dengan pelanggan dari kalangan masyarakat miskin.
Ironisnya, kita hidup dalam dunia dimana semakin kecil pendapatan
seseorang, semakin besar biaya yang harus dikeluarkan orang tersebut untuk
memenuhi kebutuhannya akan air. Rumah tangga yang termiskin di negara
berkembang menghabiskan hampir 10 persen dari pendapatan mereka untuk memenuhi
kebutuhan akan air. Sementara di negara maju jika pendapatan yang dikeluarkan
untuk memenuhi kebutuhan akan air melebihi 3 persen, keadaan tersebut akan
dipandang sebagai kesulitan ekonomi. Air bersih (PAM) di negara kaya dan maju
justru lebih murah ketimbang di negara-negara berkembang.
Di Jakarta atau kota-kota besar lain misalnya, penduduk miskin harus
membeli dengan harga Rp 2.000-Rp 5.000 untuk satu derigen air bersih. Air
tersebut hanya digunakan untuk minum dan memasak, sedangkan untuk keperluan MCK
(mandi cuci kakus) mereka menggunakan air sungai yang keruh dan tercemar.Tak
usah jauh-jauh, jika kita berkunjung ke Bagan Percut,Deli Serdang kehidupan
perkampungan nelayan yang aliran sungainya hanya beberapa kilometer ke Belawan
itu sungguh memprihatinkan. Di sana aktivitas seperti mandi, mencuci bahkan
buang air besar dilakukan di pinggiran sungai yang keruh. Saluran air dari PDAM
tidak ada di sana. Air memang melimpah ruah di sungai tapi sangat sulit mencari
air bersih.
Kesadaran Bersama
Perlu kesadaran bersama agar masyarakat menjaga sumber-sumber air yang
ada termasuk sungai-sungai yang banyak terdapat di Indonesia. Kebiasaan
membuang limbah, sampah bahkan kotoran ke sungai perlu dihentikan. Bukankah
lebih baik jika limbah pabrik dibuat penampungan netralisasi terlebih dahulu di
darat. Sampah-sampah yang ada bukankah lebih baik dibakar atau di tanam di
darat ketimbang dihanyutkan ke sungai. Masyarakat di sepanjang sungai bukankah
lebih baik membuat septic tank atau WC umum di darat ketimbang membuang hajat
di sungai yang tak lain adalah sumber air dari air yang mereka pakai sendiri?
Air sebagai sumber kehidupan telah dipahami semua orang. Sayangnya hanya
sedikit yang memahami bahwa air adalah sumber daya alam terbatas bahkan sangat
rentan keberadaannya. Sebagian besar masyarakat masih mengeksploitasi sumber
daya air dengan mengabaikan kaidah-kaidah keberlanjutan (sustainability).
Akibatnya berbagai musibah kerap terjadi seperti banjir, longsor dan kekeringan
yang frekuensinya makin meningkat sehingga menelan banyak korban harta benda
dan nyawa sia-sia. Oleh karena itu, peringatan Hari Air Sedunia harus bisa
mengingatkan kita semua akan pentingnya menjaga kelestarian sumber-sumber air
yang ada untuk mendukung kesejahteraan hidup bersama. ***
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
7 comments:
Let's keep our river clean!
Ayo jaga dan lestarikan hutan kita untuk menjaga cadangan air tanah dan resapan, agar di musim kemarau tidak kekeringan dan di musim hujan tidak terjadi banjir dan tanah longsor!
Ya jika kita menjaga hutan dan lingkungan sekitar kita, maka saudara-saudara yang di daerah bawah bisa terhindar dari banjir!
Lestari alamku lestari desaku
Dimana Tuhanku menitipkan aku
Nyanyi bocah-bocah di kala purnama
Nyanyikan pujaan untuk nusa
Damai saudaraku suburlah bumiku
Kuingat ibuku dongengkan cerita
Kisah tentang jaya nusantara lama
Tentram kartaraharja di sana
Mengapa tanahku rawan ini
Bukit bukit telanjang berdiri
Pohon dan rumput enggan bersemi kembali
Burung-burung pun malu bernyanyi
Kuingin bukitku hijau kembali
Semenung pun tak sabar menanti
Doa kan kuucapkan hari demi hari
Kapankah hati ini kapan lagi
Mari kita jaga sumber mata air dengan menanam pohon dan menjaga hutan kita agar tetap lestari.
Pelestarian lingkungan sangat berarti bagi kita semua. Semua di mulai dari diri kita sendiri, mulailah dengan hal-hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, tidak mengotori sungai dan saluran air, menggalakan menanam pohon, menanam bunga dan lain-lain.
Ya semua dimulai dari diri kita masing-masing, hal-hal kecil yang bermanfaat jika kita lakukan setiap hari atau sering, maka akan menghasilkan hal-hal besar yang bermanfaat bagi umat manusia.
Post a Comment